Artikel

Kosa kata arti Santri, Kiai dan Sarung ala Gus Muwafiq

22 Oktober 2021 04:12:34  Admin Desa  201 Kali Dibaca  Berita Desa

Hari Santri yang jatuh pada tiap tanggal 22 Oktober disambut meriah bangsa Indonesia terutama oleh kalangan santri yang menimba ilmu di pesantren. Pada momentum hari santri ini, penceramah kondang NU KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) menjelaskan asal mula penyebutan santri kiai dan sarung. Menurut Gus Muwafiq, kata ‘santri’ bukanlah kosa kata bahasa Arab melainkan bahasa Nusantara. Dalam Bahasa Arab, santri disebut tilmidzun, atau muridun, artinya orang belajar. Setelah Islam masuk ke Indonesia, lanjut dia, penyebutan kosa kata bahasa Arab tersebut berubah dengan kata ‘santri’ yang artinya orang yang belajar kitab suci. Sehingga kosa kata santri tidak bisa ditasrif seperti menasrif kalimat-kalimat bahasa Arab dalam ilmu nahwu-shorof.  

  “Santri itu bahasa Nusantara, bukan bahasa Arab. Bahasa Arabnya tilmidzun, muridun. Santri artinya orang yang belajar kitab suci,” ucap Gus Muwafiq saat mengisi ceramah agama. Sedangkan guru yang membimbing santri di Indonesia disebut kiai. Kata kiai, lanjut ulama asal Yogyakarta ini, juga bukanlah bahasa Arab. Kiai murni lahir dari bahasa Nusantara. Kiai adalah seseorang yang mengasuh, membimbing, dan memberikan ilmunya kepada santri di pesantren. “Kiai adalah bahasa lokal. Santri adalah bahasa lokal untuk menyebut tilmidzun atau muridun. Tempatnya di pondok pesantren,” tandasnya. Gus Muwafiq menegaskan, perbedaan penyebutan itu juga menandakan bahwa Islam telah masuk ke negara di luar jazirah Arab. Islam saat bertemu dengan bangsa di luar jazirah Arab kata beliau, menghasilkan corak yang berbeda-beda.  

  Sementara asal mula penyebutan kata sarung, lanjut Gus Muwafiq, merupakan penyerapan dari kosa kata syar’i, yaitu sesuatu yang harus diikuti umat Islam termasuk dalam cara berpakaian. Kata syar’i kemudian memiliki masdar syar’un. Karena bangsa Indonesia tidak bisa menyebut serapan ‘n’ maka disebutlah sarung. “Baju syar'i namanya syar’un. Datang ke Indoensia jadi sarung. Dipakai santri jadi sarungan,” paparnya di hadapan ribuan santri.

   Ia menuturkan, masih banyak kosa kata bahasa Arab yang termodifikasi di Indonesia. Ia menilai wajar hal itu terjadi. Sebab, umat Islam di Indonesia tidak hidup zaman Rasullullah SAW dan sahabat Nabi. Juga tidak berbahasa seperti bahasa yang diucapkan orang-orang di Jazirah Arab.

* Foto : Dokumentasi Upacara Hari Santri pada 4 tahun lalu di Lapangan Sukorame Purwoasri. 

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image [ Ganti gambar ]
  Isikan kode di gambar
 


Info Umum

Wilayah Desa

Peta Desa

Aparatur Desa

Sinergi Program

Agenda

Statistik Penduduk

Komentar Terbaru

Info Media Sosial

Arsip Artikel

29 Juli 2013 | 1.571 Kali
Kontak Kami
26 Agustus 2016 | 1.171 Kali
Sejarah Desa Purwoasri (Sukorame, Payak, Banaran, Nggandu
30 April 2014 | 557 Kali
RT RW
30 April 2014 | 534 Kali
Karang Taruna
01 September 2020 | 530 Kali
LPMD
20 Maret 2021 | 502 Kali
Pelantikan Karang Taruna Mas Bhakti 2021-2026 Dan Pelatihan Kewirausahaan oleh Motivator Nasional.
01 September 2020 | 499 Kali
Penerbitan KTP